Tokyo, chakra.id - Pemerintah Jepang mendesak aplikasi perpesanan Line untuk memperkuat perlindungan data pribadi pengguna menyusul pelanggaran data besar-besaran.
Pemerintah Jepang melalui Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi mendesak LY Corp., operator aplikasi pesan Line dengan mengatakan penyedia aplikasi tersebut sangat bergantung pada Naver Corp. Korea Selatan, pemegang saham utama LY, untuk mengoperasikan sistem aplikasi dan tidak memiliki tindakan pencegahan yang tepat terhadap serangan siber.
Kementerian meminta perusahaan Jepang untuk meningkatkan operasinya melalui peninjauan hubungan permodalan dengan Naver karena perusahaan tersebut berada di bawah "pengaruh besar" dari perusahaan Korea Selatan.
64,5 persen saham LY dimiliki oleh A Holdings Corp., yang separuhnya dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi Jepang SoftBank Corp. dan separuhnya lagi dimiliki oleh Naver pada Oktober tahun lalu.
LY mengatakan pada bulan November sebanyak 440.000 item data pribadi, termasuk yang terkait dengan pengguna dan mitra bisnisnya, bocor karena akses tidak sah. Jumlahnya meningkat menjadi sekitar 510.000 setelah penyelidikan selanjutnya.
Kebocoran tersebut terjadi ketika malware menginfeksi server afiliasi LY yang berbasis di Korea Selatan, Naver Cloud Corp., melalui komputer subkontraktor. Naver Cloud dan LY berbagi sistem internal untuk menangani informasi karyawan dan personel lainnya, dan ini memungkinkan akses tidak sah ke sistem internal LY, menurut LY.
Operator aplikasi Jepang ini juga mengalami masalah keamanan data serupa pada tahun 2021, dan kini diharuskan melaporkan secara rutin kemajuan yang dicapai dalam meningkatkan operasinya.
“Kami sangat menuntut (LY) memastikan kepentingan penggunanya terlindungi,” kata Menteri Komunikasi Takeaki Matsumoto pada konferensi pers.
Presiden LY Takeshi Idezawa mengatakan kepada wartawan setelah tindakan administratif tersebut bahwa perusahaannya akan "melakukan yang terbaik untuk menciptakan lingkungan di mana pelanggan kami dapat menggunakan layanan kami dengan aman."
LY sedang mempertimbangkan untuk menghukum para eksekutifnya atas kebocoran data, tambah Idezawa.
Aplikasi Line memiliki 194 juta pengguna secara global pada September 2022, menurut operator. Dari jumlah tersebut, 93 juta berada di Jepang, 53 juta di Thailand, 22 juta di Taiwan, dan 8 juta di Indonesia, katanya.
Posting Komentar